UNIVERSITAS GUNADARMA
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi 2012
Mata Kuliah : Softskill Pengantar Bisnis
Kelas : 1EB21
Kelas : 1EB21
Nama : Melinda Chelviana
NPM : 24212541
Tugas Kelompok Minggu 1
Nama Kelompok NPM
1. Anis Septriyani P (20212931)
2. Deslia Nisrina H (21212894)
3. Melinda Chelviana (24212541)
4. Nurl Fathia Lulu S (25212506)
5. Tika Ervina Br K (27212384)
Minggu 1 :
1.
Skema
/ alur pengertian bisnis dan contohnya
Bisnis,
- Kebutuhan manusia => barang
dan jasa
Bisnis => organisasi formal
Organisasi formal – informal
Organisasi formal => Laba
-
Usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia,
organisasi/masyarakat
-
Tukar – menukar barang dan jasa dengan
alat pembayaran yang saling menguntungkan
Contoh
usaha yang nyata :
Jalan hidup tak bisa ditebak. Sriyono, seorang
mantan miliarder, kini berjualan siomay keliling. Namun, berkat penampilannya
yang eksentrik, predikat miliarder itu tampaknya bakal kembali
disandangnya.Menjadi penjual siomay keliling dengan pakaian dan aksesori serba
pink membuat Sriyono terkenal, terutama di dunia maya. Mantan miliarder itu
juga pernah menjadi bintang tamu di sebuah stasiun televisi. Bahkan, ada yang
menawari bermain sinetron. Semua itu dia lakukan demi bisa bertemu
anaknya.Minggu lalu (16/1) INDOPOS menelusuri rute jualan Sriyono di kawasan
kelas menengah ke atas di Jalan Gandaria Tengah, Jakarta Selatan, tak ada orang
yang tahu namanya. Tapi, ketika disebut nama Siomay Pink (barang dagangan
Sriyono), kebanyakan warga yang ditemui mengenali. Mulai sopir bemo, satpam,
tukang ojek, hingga anak-anak.
Siomay Pink juga menjadi identitas pria asal Klaten,
Jawa Tengah, itu di dunia maya. Mesin pencari Google menyebut 83.500 hasil yang
merujuk pada usaha siomay yang dijalankan Sriyono sambil berkeliling di atas
sepeda pink.Sriyono menjadi topik hangat di kalangan komunitas entrepreneur.
Sebab, selain berjualan dengan kostum dan perlengkapan mencolok serbapink,
kegigihannya dalam berwirausaha menjadi inspirasi tersendiri.’’Mungkin karena
saya dianggap nyentrik. Itu saja. Tapi, entahlah, saya nikmati saja momen-momen
ini,’’ ujarnya sambil melayani pelanggan. Dia pun meracik bumbu siomay dari
panci pink yang terikat di belakang sepeda pink yang telah dimodifikasi dengan
sejumlah kotak kayu yang juga berwarna pink. Di depan sepeda itu terdapat dua
keranjang pink dengan dua teddy bear pink terduduk di dalamnya.Sriyono juga
mengenakan kaus pink, bercelana pendek pink, topi pink, serta jam dan bahkan
anting pink Namun, di balik penampilan nyentrik itu, tersimpan kisah perjuangan
hidup yang cukup berliku.
Kisah sukses Sriyono dimulai pada 1969 ketika pria
kelahiran Klaten, 21 Juli 1954, tersebut merantau ke Jakarta untuk menjadi
sales mobil. Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada siomay dan
memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu. Dia lantas berguru pada
seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka.Dialah yang mengajari Sriyono
membuat siomay. Setahun penuh Sriyono bekerja tanpa digaji untuk mendapatkan
resep rahasia sang penjual siomay itu. Beberapa tahun kemudian, sang guru
meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono. Pada 1980-an, Sriyono
memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal
patungan dengan beberapa teman.Berbagai cara ditempuh untuk membesarkan usaha
tersebut. Mulai membikin armada siomay sepeda keliling sampai mendirikan
warung-warung kecil. Puncak sukses diraih pada 1996 ketika dirinya berhasil
membuat outlet di salah satu mal elite di ibu kota, yakni Plaza Senayan.
Sriyono adalah pendiri dan pemilik outlet Siomay Senayan
dengan beberapa cabang. Pendapatan bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar
per tahun. Dia menikmati sukses berjualan siomay dengan berstatus bujangan.
Sriyono mengenang, tinggal di ibu kota dengan duit melimpah ketika itu bagai
hidup di surga.Bahkan, bisnisnya sangat kuat sehingga ketika krisis 1998
menerpa modalnya tidak berkurang. Tapi, dia justru masih bisa mendirikan outlet
di beberapa tempat lain. April 1999, Sriyono memutuskan untuk mengakhiri masa
lajang dan menikahi putri seorang polisi.Pernikahan yang tidak direstui orang
tua sang istri itu kemudian menjadi bom waktu bagi kehidupan Sriyono.
Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi Sriyono
pada bisnisnya mulai berkurang.Ketika itu, dia menjadi satu-satunya pengusaha
siomay yang meneken kontrak dengan gerai waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC).
Dia menyuplai siomay di puluhan gerai KFC di Jakarta yang ketika itu memiliki
menu khusus siomay.Namun, persoalan rumah tangga yang tak kunjung selesai
pelan-pelan membuat manajemen bisnisnya kolaps. Akhirnya, Sriyono terpaksa
menjual hak paten Siomay Senayan dan usahanya pun gulung tikar. Awal 2004,
setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia dua anak, yakni Peksi
Safira Miradalita (kini 11 tahun) dan Pramesti Dewi Angelita (kini 10 tahun),
sang istri menggugat cerai Sriyono. ’’Saya ingat. (Saat itu) hanya baju yang
melekat di badan yang saya miliki,’’ kenangnya sambil menerawang.
Setelah perceraian, sang istri kemudian mengasingkan
diri dan membawa serta dua anak Sriyono. Sejak itu dia pun tidak pernah lagi
bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut, Sriyono sempat ditampung
mantan rekan-rekan bisnisnya.Dia pun sempat mendapat bantuan modal dan berusaha
merintis lagi usaha siomay kelilingnya mulai nol dengan konsep awal, yakni
belasan armada siomay keliling. Tapi, pada 2008, usaha itu lagi-lagi bangkrut.
’’Saya selalu ingat anak saya dan rindu yang tidak tertahan membuat saya sulit
berkonsentrasi,’’ katanya. Kegagalan kali ini membuat Sriyono tertekan.Dia pun
memilih menjadi gelandangan dan tinggal di jalanan kotakota Jakarta. Tiap
malam, dia tidur berpindah- pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari
pinggir jalan ke masjidmasjid. Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid
Al Bina di kawasan Senayan.Setelah beberapa minggu tinggal di sana, tiba-tiba
dia mendapat bantuan modal dari seorang jamaah pengajian yang mengetahui latar
belakang dirinya sebagai pengusaha siomay. ’’Waktu itu saya diberi modal Rp 1
juta untuk memulai bisnis lagi,’’ katanya.
Awal 2010, Sriyono pun sudah memiliki gerai siomay
di mal Pasaraya Blok M yang bernama Siomay Maestro. Namun, lagi-lagi karena
tinggal kesepian dan rindu kepada dua buah hatinya, konsentrasinya dalam
berbisnis terganggu. Dia pun kembali bangkrut. Sampai saat ini, Sriyono masih
berutang kepada manajemen Pasaraya Rp 13 juta.Di ambang keputusasaan, sebulan
menjelang bulan puasa 2010, dia memutar otak dan mendapat ide brilian. Yakni,
kembali memulai usaha siomay keliling, tapi dengan tampilan yang
eksentrik.Diharapkan, ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui
dan dirinya dapat bersua dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa
kabar itu. Sriyono pun memutuskan mengenakan warna pink sebagai seragam
berjualan. Pernak-pernik pink pun dikenakan untuk berdagang keliling.Dia juga
berusaha tampil di setiap momentum di mana publik Jakarta banyak yang
berkumpul. Sriyono akhirnya dijuluki ’’maskot’’ dalam even Hari Bebas Kendaraan
alias Car Free Day yang diberlakukan sebulan sekali di jalan protokol Jakarta.
’’Semakin banyak orang yang kenal saya, kesempatan untuk bertemu kembali dengan
anak saya semakin besar,’’ katanya.
Tapi, usaha tampil nyeleneh itu tidak semudah yang
dia bayangkan. Setiap hari, bahkan sampai sekarang, Sriyono harus rela menjadi
bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang perkataan mereka sangat pedas
dan menusuk hati. Tak sedikit yang mengira Sriyono adalah seorang waria yang
nyambi berjualan siomay saat siang dan ’’berpraktik’’ saat malam.Tapi, demi
menemukan sang anak, hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan se-nyum dan hati
ikhlas. Bahkan, kini dia sudah memiliki 34 kaus pink, 18 pasang sandal pink, 12
topi pink, 3 jam pink, 3 pasang kacamata pink, kalung pink braces,
anting-anting pink, dan tiga pasang sepatu pink.Upaya tampil eksentrik itu
membuahkan hasil ketika dirinya muncul sebagai topik di Twitter dan BlackBerry
Messenger. Popularitasnya menanjak ketika kisah usahanya dipublikasikan di
situs kaskus.us.Pertengahan Desember 2010, sebuah koran berbahasa Inggris di
Jakarta memuat foto Sriyono dengan full aksesori pink. Hasilnya, pekan lalu,
awal Januari 2010, sebuah televisi nasional berhasil mempertemukan Sriyono
dengan sang anak.’’Waktu itu, rasa senangnya tak terhingga. Saya bersyukur
mereka mengakui saya sebagai bapak, walaupun mereka memiliki ayah tiri warga
Inggris yang kaya,’’ ujarnya, kali ini sambil terisak.
Tampil di televisi mendatangkan keuntungan bagi
usaha Sriyono. Dalam dua pekan terakhir, omzet berjualan keliling yang biasanya
hanya Rp 200 ribu per hari naik lima kali lipat menjadi Rp 1 juta per hari.
Banyak pesanan dalam jumlah besar sehingga pendapatan berjualan berkeliling
terdongkrak. Sejak pekan lalu, seorang pengusaha getol menawari Sriyono untuk
membuka franchise siomay Yo Pink di beberapa lokasi di Jakarta.Dia juga
mendapat tawaran untuk bermain sinetron. Rundown jadwal casting oleh sebuah
rumah produksi juga sudah di tangannya. Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang?
Sriyono menyatakan, dirinya masih berencana meneruskan usaha berjualan dan akan
membuka warung kecil di Jalan Otto Iskandar Muda, Jakarta.
’’Saya ingin anak saya bangga dengan bapaknya si penjual siomay berkaus pink ini. Saya akan bangkit demi putri-putri saya,’’ ujarnya lantas tersenyum.
’’Saya ingin anak saya bangga dengan bapaknya si penjual siomay berkaus pink ini. Saya akan bangkit demi putri-putri saya,’’ ujarnya lantas tersenyum.
2.
Alasan
manusia mengapa belajar bisnis
·
Saling ketergantungan
·
Usaha mempertahankan dan meningkatkan
standard hidup
·
Adanya perubahan pola hidup
·
Kemajuan tekhnologi
·
Hubungan internasional
·
Adanya era globalisasi
·
Karier masa depan
·
Membuka bisnis sendiri / berwiraswasta
·
Pengendalian masalah-masalah social
3.
Sejak
kapan bisnis itu muncul
Bisnis muncul sejak zaman manusia primitif,
Masyarakat “Primitif”
Masyarakat “Barter”
Masyarakat “Spesialisasi/Horizontal
dan Diferesial/Vertikal”
Masyarakat “Alat pembayaran dengan uang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar